Wednesday, June 30, 2010

CORETAN

******************************************************
Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karana Allah
******************************************************

Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita…

*****************************************************
Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu
******************************************************

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

Pada hakikatnya ucapan salam merupakan do’a dari seseorang bagi orang lain. Di dalam lafad salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” terdapat wujud kecintaan seorang muslim pada muslim yang lain. Yaitu keinginannya agar orang yang disapanya dengan salam, bisa memperoleh keselamatan, rahmat, dan barokah. Barakah ertinya tetapnya suatu kebaikan dan bertambah banyaknya dia. Tentunya seseorang senang bila ada orang yang mendo’akan keselamatan, rahmat, dan barokah bagi dirinya. Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut. Saudariku fillah, bayangkanlah! Betapa banyak kebahagiaan yang kita berikan kepada saudara kita sesama muslim bila setiap bertemu dengan muslimah lain -baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal- kita senantiasa menyapa mereka dengan salam. Bukankah kita pun ingin bila kita memperoleh banyak do’a yang demikian?! Namun, sangat baik jika seorang wanita muslimah tidak mengucapkan salam kepada laki-laki yang bukan mahramnya jika dia takut akan terjadi fitnah. Maka, bila di jalan kita bertemu dengan muslimah yang tidak kita kenal namun dia berdiam dan kita yakin bahwa berdiam itu adalah ciri bahwa dia adalah seorang muslimah, ucapkanlah salam kepadanya. Semoga dengan hal sederhana ini, kita bisa menyebar kecintaan kepada sesama saudara muslimah. Insya Allah…

***************************************************
Bertutur Kata yang Menyenangkan dan Bermanfaat
***********************************************

Dalam sehari kita boleh mengira berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekadar berkumpul-kumpul dan bersembang dengan teman. Seringkali perbualan kita mengarah kepada ghiba/bergosip. Betapa meruginya kita. Seandainya, waktu perbualan tersebut kita gunakan untuk membicarakan hal-hal yang setidaknya lebih bermanfaat, tentunya kita tidak akan menyesal. Misalnya, ketika sarapa pagi bersama teman kita bercerita, “Tadi subuh saya solat berjamaah dengan teman asrama. Saya yang jadi makmum. Teman saya yang jadi imam itu, membaca surat Al-Insan. Katanya itu sunnah. Teman nya itu bertanya apa itu sunnah?” Teman yang lain menjawab, “Sunnah yang dimaksud teman itu maksudnya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang disunnahkan untuk membaca Surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at.” Lalu, teman yang bertanya tadi pun berkata, “Ooo… begitu, saya baru tahu …” Subhanallah! Sebuah tempat bersarapan yang berubah menjadi “majlis ilmu”, ladang pahala, dan tempat saling memberi nasihat dan kebaikan pada saudara sesama muslimah.

*******************************************************************
Mengajak Saudara Kita Untuk Bersama-Sama Menghadiri Majlis ‘Ilmu
*******************************************************************

Dari pebualan singkat di atas, boleh saja kemudian perbualan bersambung, “mungkin, kamu tahu darimana kalau membaca surat Al-Insan di rakaat kedua solat subuh di hari Jum’at itu sunnah?” Temannya pun menjawab, “Saya tahu itu dari kajian.” Alhamdulillah bila ternyata temannya itu tertarik untuk mengikuti kajian, “Kalau saya ikut boleh tidak? gayanya menyenangkan juga ya ikut kajian.” Temannya pun berkata, “Alhamdulillah, insyaAllah kita bisa berangkat sama-sama. Nanti saya jemput awk di asrama.”

**************************************************************
Saling Menasihati, Baik Dengan Ucapan Lisan Maupun Tulisan
**************************************************************

Suatu saat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya tentang aibnya kepada shahabat yang lain. Sahabat itu pun menjawab bahwa dia pernah mendengar bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memiliki bermacam-macam lauk di meja makannya. Lalu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pun berkata yang maknanya ‘Seorang teman sejati bukanlah yang banyak memujimu, tetapi yang memperlihatkan kepadamu aib mu (agar orang yang dinasihati boleh memperbaiki aib tersebut. Yang perlu diingat, menasihati jangan dilakukan didepan orang banyak. Agar kita tidak tergolong ke dalam orang yang menyebar aib orang lain. Terdapat beberapa perincian dalam masalah ini -pen).’ Bentuk nasehat tersebut, bukan hanya secara lisan tetapi bisa juga melalui tulisan, baik surat, artikel, catatan saduran dari kitab-kitab ulama, dan lain-lain.

0 ulasan:

Post a Comment

Post a Comment